Jurnal Farmakologi Komunikasi Dalam Keperawatan |Kumpulan Jurnal Farmakologi|. Silahkan di manfaatkan referensi Jurnal ini, dan mudah mudahan bisa membantu , dan sekaligus sebagai bahan referensi temen temen semua.
PENGERTIAN FARMAKOLOGI
FARMAKOLOGI
Berasal dari kata (Yunani)
pharmakon : obat
Logia : studi/ilmu
“Ilmu tentang obat”
Pada mulanya farmakologi mencakup berbagai pengetahuan tentang obat yang meliputi: sejarah, sumber, sifat-sifat fisika dan kimiawi, cara meracik, efek fisiologi dan biokimiawi, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotranformasi dan ekskresi, serta penggunaan obat untuk terapi dan tujuan lain.
Dewasa ini didefinisikan sebagai studi terintegrasi tentang sifat-sifat kimia dan organisme hidup serta segala aspek interaksi mereka.
Atau
Ilmu yang mempelajari interaksi obat dengan organisme hidup
FARMAKOKINETIKA
Studi tentang absorpsi, distribusi, dan biotransformasi serta eksresi (eliminasi)
Atau
Pengaruh organisme hidup terhadap obat
Atau
Penanganan obat oleh organisme hidup
FARMAKODINAMIKA
Studi tentang tempat dan mekanisme kerja serta efek fisiologik dan biokimiawi obat pada organisme hidup
Atau
Pengaruh obat terhadap organisme hidup
FARMAKOTERAPI
Merupakan cabang ilmu farmakologi yang mempelajari penggunaan obat untuk pencegahan dan menyembuhkan penyakit
FARMAKOGNOSI
Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang merupakan sumber obat
KHEMOTERAPI
Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari pengobatan penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen termasuk pengobatan neoplasma
TOKSIKOLOGI
Ilmu yang mempelajari keracunan zat kimia termasuk obat, zat yang digunakan dalam rumah tangga, industri, maupun lingkungan hidup lain. Dalam cabang ini juga dipelajari cara pencegahan, pengenalan dan penanggulangan kasus-kasus keracunan
FARMASI
Suatu sistem yang memberikan pelayanan kesehatan dengan perhatian khusus pada pengetahuan tentang obat dan efeknya pada manusia dan hewan
OBAT
Definisi obat
• Obat adalah zat kimia yang mempengaruhi proses kehidupan (Benet,1991)
• Obat adalah substansi yang digunakan untuk merubah atau menyelidiki sistem fisiologi atau patologi untuk keuntungan si penerimanya (WHO,1966)
• Obat dalam arti yang lebih spesifik setiap zat kimia selain makanan yang mempunyai pengaruh terhadap atau dapat menimbulkan efek pada organisme hidup
• Obat Esensial
adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat terbanyak
• Obat Generik
adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia (FI) untuk zat berkhasiat yang dikandungnya
• Obat Paten
adalah obat dengan nama yang merupakan milik produsen yang bersangkutan
• Obat Plasebo
adalah oabt buatan yang tidak mengandung zat berkhasiat atau obat yang tidak berkhasiat
• Obat tradisional
adalah obat yang berasal dari bahan-bahan tumbuhan, hewan maupun mineral dari alam secara murni, yang dibuat dan diolah secara sederhana berdasarkan turun temurun, dimana efek, dosis dan bentuknya sangat bervariasi dalam penggunaannya
PENGGOLOGAN OABAT
Golongan oabat adalah penggolongan yang dimaksud untuk meningkatkan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi nya,
terdiri dari:
• Obat bebas
Obat dijual bebas, tersebar diapotik sampai diwarung, mempunyai logo berwarna Hijau
• Obat Bebas Terbatas
Obat keras dengan batasan jumlah dan kadar isi berkhasiat dan harus ada tanda peringatan (P)
Dijual bebas mempunyai logo berwarna Biru
• Obat Keras (Daftar G = Gevaarijk = berbahaya)
Obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter, mempunyai logo berwarna Merah
• Obat Narkotika ( Daftar O = Opiat)
yaitu obat yang termasuk golongan narkotik dengan turunannya, psikotropik dan anastesi lokal maupun umum, untuk memperolehnya harus denagan resep dokter dan apotik wajib melaporkannya.
Asal obat
Obat diperoleh:
• Tumbuhan ……….………Kuinin
• Hewan ………………….. Insulin
• Mineral………………….. Koalin
• Mikroorganisme…………Penisilin
• Sintesa……………..........Sulfonamida
RUTE PENGGUNAAN OBAT
Obat dapat diberikan dengan berbagai macam cara :
Jika dikaitkan dengan saluran cerna, maka:
1.Enteral
cara pemberian obat melalui jalur saluran cerna atau saluran oral-gastrointestinal, dimulai dari mulut sampai poros usus (rektum)
• P.O
• Sublingual
• Rektal
2. Parenteral
Cara pemberian dengan menempatkan obat diluar saluran cerna, meliputi:
• Topikal
• Injeksi (intrsdermsl, subkutan, intramuskular, i.v. dsb.
• Inhalasi
Jika dikaitkan dengan sistem vaskuler, pemberian obat dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Intravaskuler
menempatkan obat langsung kedalam aliran darah (mis: i.v.)
2. Ekstra-vaskuler
pemberian atau penempatan obat diluar atau tidak langsung ke sistem aliran darah (mis: p.o.,i.m.,)
Sediaan obat melalui oral
• Bentuk obat padat
a. Tablet
- Tablet kempa,
- Tablet kunyah
- Tablet salut :
salut gula, salut film polimer, salut enteric, salut yang tahan terhadap asam lambung, salut yang hanya hancur di usus.
- Tablet efervesen : dilarutkan dalam air
b. Kapsul
- Kapsul gelatin keras : ada wadah dan tutup
- Kapsul gelatin lunak : Buatan pabrik
langsung
c. Serbuk
- serbuk terbagi : satu bungkus untuk satu dosis
- serbuk tak terbagi : serbuk banyak seperti bedak
- serbuk efervesen : dilarutkan dalam air
• Bentuk obat cair
a. Larutan : jika tidak disebut lain pelarut adalah air
b. Sirup : larutan obat dalam larutan gula
c. Emulsi : campuran dua zat yang tidak saling campur ( tipe
o/w atau w/o)
d. Suspensi oral : campuran obat padat terbagi halus yang terdispersi dalam medium cairan
Sediaan obat melalui parenteral
Wadah untuk larutan injeksi dapat berupa :
• ampul, 1ml, 2ml, 5ml, 10ml.
• Vial atau Flakon, tertutup karet atau alumunium
• Botol infus, 500ml.
Macam bentuk sediaan parenteral
• Berupa larutan dalam air
• Larutan dalam minyak
• Solutio petit (Mis: injeksi luminal)
• Suspensi obat padat dalam aqua
• Suspensi dalam minyak
• Emulsi
• Kristal steril yang dilarutkan dalam aqua steril
• Cairan invus intravena
• Cairan untuk diagnosa
Macam rute parenteral:
1. Injeksi intrakutan/intradermal:
disuntikan sedikit ke dalam kulit
2. Injeksi subkutan/hipodermik :
disuntikan dibawah kulit
3. Injeksi intramuskular :
disuntikan kedalam otot
4. Injeksi intravena :
disuntikan kedalam pembuluh vena
5. Injeksi intratekal/intraspinal/intradural :
disuntikan kedalam sumsum tulang belakang
6. Injeksi intraperitonial:
disuntikan kedalam perut, sudah jarang dilakukan
7. Injeksi peridural, ektradural, epidural:
disuntikan ke lapisan penutup otak
8. Injeksi intrasisternal:
disuntikan ke sumsum tulang belakang dasar otak
9. Injeksi intrakardial:
disuntikan langsung ke dalam jantung
Penggunaan obat melaui inhalasi
Obat bentuk gas atau uap diabsorpsi sangat cepat melaui Hidung, Trachea,
Paru-paru, dan selaput lendir pada perjalanannya.
Cara lama: anestesi dituangkan pada kain kasa sebagai tutup hidung, uap yang ada diisap.
Cara medern : menggunakan tutup hidung dan dipasangkan ke mesin
Penggunaan obat melalui selaput lendir
• Tablet bukal
• Tablet sublingual
• Permen larut dalam mulut
• Tablet hipodermik
• Tablet implantasi
• Okulenta : salap mata
• Larutan mata
• Suspensi hidung
* Tetes hidung
* Tetes telinga
* Supositoria : melalui dubur
* Basila : melalui saluran kencing
* Tablet oval vagina
Penggunaan obat topical pada kulit
1. Bentuk obat padat untuk penggunaan topikal adalah serbuk yang tujuannya menyerap lembab, mengurangi geseran antar dua lipatan kulit dan sebagai bahan pembawa obatnya.
2. Bentuk obat cair untuk penggunan topical :
sediaan basah seperti kompres, celupan dan untuk mandi : larutan Rivanol, larutan P.K (Permanganas Kalicus)
Lotion, digunakan untuk efek menyejukan, tidak digunakan pada luka berair
Linimen, suatu larutan dalam alkohol atau minyak
3. Bentuk obat semi/setengah padat pada penggunaan topical
- salap, digunakan untuk kulit
- krim, mengandung banyak air
- pasta,
- Jeli
4. Bentuk obat aerosol untuk penggunaan topical
- Aerosol semprotan pembasah atau permukaaan
- Aerosol aliran semprotan
- Aerosol busa
FARMAKOKINETIKA
Obat yang masuk kedalam tubuh melalui berbagai macam cara pemberian umumnya mengalami proses absorpsi, distribusi dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek, kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat di ekskresi dari dalam tubuh, seluruh proses ini disebut proses farmakokinetik dan berjalan serentak.
- Kerja suatu obat merupakan hasil dari banyak proses
- Kebanyakan sangat rumit
- Tetapi pada umumnya didasari oleh suatu rangkaian reaksi yang dibagi dalam 3 fase:
1. Fase farmasetika
2. Fase farmakokinetika
3. Fase farmakodinamika
Fase farmasetika
Meliputi hancurnya bentuk sediaan obat dan melarutnya bahan obat (disolusi) untuk sediaan obat padat
misal:
Tablet---------------disentegrasi---------disolusi
Efek obat tidak tergantung semata-mata pada faktor-faktor farmakologi melainkan juga pada bentuk sediaan dan terutama pada formulasinya
Faktor-faktor formulasi yang dapat merubah efek obat dalam tubuh antara lain:
1. bentuk fisik zat aktif
2. keadaan kimiawi
3. zat-zat pembantu
4. proses teknik yang digunakan untuk membuat sediaan.
Fase farmakokinetika
Meliputi proses-proses yang berlangsung pada pengambilan suatu bahan obat kedalam organisme yaitu proses absorpsi dan distribusi, sedangkan eliminasi merupakan proses-proses yang menyebabkan penurunan konsentrasi obat dalam organisme (biotransformasi dan ekskresi)
Dari pandangan farmakokinetik, organisme diartikan sebagai sistem terbuka atau sistem aliran karena senantiasa berlangsung pertukaran bahan-bahan dan pertukaran energi dengan sekitarnya untuk mencapai kesetimbangan.
Organisme akan berusaha untuk mengembalikan keadaan kesetimbangan ini secepatnya apabila terjadi perubahan
Pemberian obat berarti gangguan terhadap kesetimbangan aliran yang mempengaruhi organisme untuk meniadakannya.
Fase farmakodinamik
Merupakan interaksi obat-reseptor dan juga proses-proses yang terlibat dimana akhir dari efek farmakologi terjadi.
Absorpsi
Pengambilan dari permukaan tubuh (termasuk mukosa saluran cerna) atau dari tempat-tempat tertentu dalam organ dalam kedalam aliran darah atau kedalam sistem pembuluh darah limfe dan selanjutnya didistribusikan kedalam organisme keseluruhan
Obat baru akan berkhasiat apabila berhasil mencapai konsentrasi yang sesuai pada tempat kerjanya maka suatu absorpsi yang cukup merupakan suatu syarat untuk efek terapeutik
Absorpsi kebanyakan obat terjadi secara dipusi pasif.
Kecepatan absorpsi dan kuosien (hubungan bagian yang diabsorpsi terhadap jumlah yang diberikan) bergantung pada banyak faktor, antara lain:
1. sifat fisika-kimia obat
2. derajat kehalusan partikel
3. sediaan obat
4. dosis
5. rute pemberian
6. tempat pemberian
7. waktu kontak dengan permukaan absorpsi
8. besarnya luas permukaan yang mengabsorpsi
9. nilai pH dalam darah
10. integritas membran
11. aliran darah
Bioavailabilitas
Menyatakan jumlah obat dalam porsen terhadap dosis yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh atau aktif.
Hal ini terjadi karena untuk obat-obat tertentu tidak semua yang diabsorpsi akan mencapai sirkulasi sistemik
Sebagian akan dimetabolisme oleh enzim di dinding usus (pada pemberian oral)dan atau dihati pada lintas pertama melalui organ-organ tersebut
Metabolisme ini disebut metabolisme atau eliminasi lintas pertama atau eliminasi prasistemik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas :
1. Faktor obat
- sifat-sifat fisikokimia obat
- formulasi obat
2. Faktor penderita
- pH saluran cerna
- kecepatan pengosongan lambung
- waktu transit dalam saluran cerna
- perfusi saluran cerna
- kapasitas absorpsi
- metabolisme dalam lumen sal. Cerna
- kapasitas metabolisme dalam dinding saluran cerna dan hati
3. Interaksi dalam absorpsi di saluran cerna
- adanya makanan
- perubahan pH saluran cerna
- perubahan motilitas sal. Cerna
- gangguan pada fungsi normal mukosa usus
- interaksi langsung.
Distribusi
Merupakan penyebaran obat dari lumen pembuluh darah ke seluruh tubuh
Dalam sirkulasi sistemik obat yang di absorpsi sebagia akan berikatan dengan protein plasma sehingga bersifat farmakologis inaktif
Hanya obat yang bebas akan didistribusikan dan mencapai site of action
Distribusi organ khusus:
- otak
- plasenta
Biotransformasi
Merupakan proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim
Tujuan biotransformasi yaitu agar obat menjadi lebih polar (lebih larut dalam air) sehingga lebih mudah di ekskresikan
Terdiri dari dua tahap :
1. reaksi fase I (Non Sintetis)
obat asal dengan proses oksidasi, reduksi dan hidrolisis diubah menjadi metabolic yang lebih polar, yang dapat bersifat inaktif, kurang aktif atau lebih aktif dari bentuk aslinya
2. reaksi fase II (sintetis)
Merupakan konjugasi metabolic hasil fase I dengan substrat endogen.
hasil konjugasi ini bersifat lebih polar dan lebih mudah terionisasi sehingga lebih mudah diekskresikan
Tempat terjadi : Hepar, paru-paru ginjal, dinding usus dan darah
Ekskresi
Obat dikeluarkan dari tubuh melalui organ ekskresi
Organ ekskresi terpenting adalah :
- ginjal
- air mata
- air susu
- rambut
Ekskresi obat menurun pada gangguan ginjal sehingga dosis harus diturunkan atau interval diperpanjang
FARMAKODINAMIKA
Merupakan cabang ilmu yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat serta mekanisme kerjanya
Tujuannya adalah mempelajari mekanisme kerja obat yaitu untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel dan mengetahui urutan peristiwa serta sepektrum efek dan respon yang terjadi
Kerja dan Efek
kerja : perubahan kondisi yang mengakinatkan timbulnya efek atau respon
Efek : perubahan fungsi struktur atau proses sebagai akibat kerja obat
Tempat Kerja
Obat dapat bekerja pada:
- Pada tempat aplikasi. Mis: salap
- Selama transport dalam tubuh
Mis: diuretik osmotik seperti manitol
- Pada tempat (jaringan atau sel) tertentu
mis: eter dan atropin
Mekanisme Kerja Obat
Bagaimana obat bisa bekerja sehingga menimbulkan efek.
Dapat dibagi dua golongan besar:
• Yang diperantarai reseptor
• Yang tidak diperantarai reseptor
Kerja yang tidak diperantarai reseptor ialah kerja yang berdasarkan atas sifat-sifat fisikokimia secara sederhana
• Berdasarkan sifat fisika:
Rasa : senyawa-senyawa dengan rasa pahit secara reflek akan meningkatkan aliran asam klorida kedalam lambung, peristiwa ini akan menambah napsu makan, contohnya Gentian
• Berdasarkan sifat kimia
Asam basa : asam klorida pada pengobatan hipoklorida dan antasida pada pengobatan tukak lambung
Khelasi: logam-logam berat seperti timbal dan tembaga dapat dikeluarkan dari tubuh dengan bantuan senyawa-senyawa yang dapat membentuk kompleks khelat dengan logam itu, mis: EDTA dan Dimerkaprol
Reseptor obat
Resept obat atau reseptor farmakologik (selanjutnya disebut reseptor saja) ialah:
Komponen speifik sel yang dapat berinteraksidengan obat dan hasil interaksi ini menimbulkan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang pada akhirnya menimbulkan efek atau respon.
Obat yang dapat menghasilkan efek setelah berinteraksi dengan reseptor dinamakan agonis
Sedangkan yang tidak menimbulkan efek disebut antagonis.
Sifat dan Fungsi Reseptor
Dari data analisis fisiko-kimiawi menunjukan bahwa reseptor merupakan makromolekul yang dapat berupa lipoprotein, glikoprotein, lipid, protein atau asam nukleat
Reseptor obat dalam tubuh hewan pada umumnya merupakan reeptor fisiologik yaitu reseptor untuk senyawa-senyawa endogen seperti hormon,neurotransmiter dan autokoid.
Kebanyakan reseptor merupakan komponen fungsional membran plasma dan hanya sebagian kecil yang berlokasi di dalam sel
Reseptor yang terletak pada permukaan sel meliputi reseptor untuk neurotransmiter, hormon peptida (mis: insulin), sedangkan reseptor yang terdapat di dalam sel(reseptor intraseluler) mis: reseptor untuk steroid.
Reseptor berfungsi untuk menerima rangsangan (stimulus) dengan mengikat senyawa endogen (obat) yang sesuai kemudian menyampaikan informasi yang diterimanya itu kedalam sel dengan langsung menimbulkan efek seluler melalui perubahan permiabilitas membran (mis: reseptor nikotinik)
Disamping sebagai alat komunikasi reseptor juga dapat berfungsi sebagai enzim dan asam nukleat.
Interaksi Obat-Reseptor
Istilah reseptor dalam fisiologi hampir selalu dikaitkan dengan proses komunikasi, baik komunikasi antar sel maupun komunikasi antar organisme dengan lingkungan luarnya
Komunikasi antar sel bagiorganisme multiseluler mempunyai peranan penting yaitu untuk mengatur perkembangan dan organisasi dalam jaringan, mengontrol pertumbuhan dan pembelahan sel serta mengkoordinasi berbagai kegiatan kehidupan
Macam-macam Efek Obat
1. Efek sistemin
adalah obat beredar ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah
2. Efek lokal
obat yang mempunyai efek hanya setempat dimana obat digunakan.
Mis: oral kumur, injeksi anestesi lokal, dsb.
Efek Obat
Dalam pengobatan efek obat dapat di bagi menjadi:
- efek normal :
efek yang timbul pada kebanyakan individu
- efek abnormal
efek yang dialami individu atau kelompok tertentu
Kedua macam efek tersebut dapat terjadi pada dosis terapi
Kebanyakan obat jika diberikan dalam dosis terapi dapat menimbulkan lebih dari satu jenis efek:
Efek utama (primer):
efek yang menjadi tujuan utama pengobatan
Efek samping (efek tambahan):
Efek yang tidak menjadi tujuan utama pengobatan, efek ini dapat bermanfaat atau merugikan (mengganggu) tergantung dari kondisi dan situasi pasien.
Sebagai contoh:
Penggunaan antihistamin yang dimaksudkan untuk menghambat kerja histamin, ternyata bahwa antihistamin dapat menimbulkan rasa ngantuk. Bagi pasien yang memerlukan istirahat (tidur) jelas efek ini menguntungkan, tetapi bagi pasien yang bekerja memerlukan kewaspadaan yang tinggi efek ini merugikan karena dapat membahayakan jiwanya.
Efek utama (primer) dapat menimbulkan efek sekunder
yaitu efek yang tidak diinginkan dan merupakan reaksi organisme (tubuh) terhadap efek primer suatu obat.
Mis:
Diare yang timbul akibat penggunaan tetrasiklin (antibiotik spektrum luas) secara oral. Peristiwa ini terjadi karena antibiotik itu membunuh flora usus yang mempunyai fungsi normal bagi tubuh sehingga hal ini akan merugikan kesehatan pasien, efek sekunder karena tetrasiklin ini dapat pula menyebabkan timbulnya infeksi oleh mikroorganisme lain misalnya jamur atau kuman yang resisten terhadap antibiotik yang bersangkutan.
Efek abnormal Meliputi:
A. Idiosinkrasi
Efek suatu obat yang secara kwalitatif berlainan sekali dengan efek terapi normalnya, dapat timbul secara individu, familier atau rasial.
contoh:
Obat primaquin sebagai anti malaria dapat menimbulkan hemolisis yang hebat.
B. Toleransi
Kurang rektif (hiporeakti) Untuk menimbulkan efek dengan intensitas tertentu dibutuhkan dosis yang lebih tinggi dari pada dosis lazim.
Ada tiga toleransi:
1. Toleransi primer ialah toleransi bawaan yang terdapat pada sebagian orang dan binatang
2. Toleransi sekunder ialah toleransi yang diperoleh akibat penggunaan obat yang sering diulangi
3. Toleransi silang ialah toleransi yang terjadi akibat penggunaan obat-obat yang mempunyai struktur kimia yang serupa, dapat pula terjadi antara zat-zat yang berlainan, mis: alkohol dan barbiturat.
C. Intoleransi
Individu yang tergolong hipereaktif akan memberikan respon terhadap obat walaupun oabt itu diberihan dalam dosis yang sangat kecil (jauh dari dosis lazim)
D. Alergi (Hipersensitif)
suatu reaksi alergi yang merupakan respon abnormal terhadap obat atau zat dimana pasien sebelumnya telah kontak dengan obat tersebut sehingga berkembang timbulnya antibodi.
Efek lain yang timbul berkaitan dengan obat:
1. Resistensi
adalah keadaan tubuh yang tidak memberikan respon pada obat karena perubahan fisiologi tubuh
2. Habituasi
suatu ketergantungan psikologik terhadap obat-obat tertentu, mis: obat penenang dengan ciri:
- selalu ingin menggunakan obat
- tanpa kecenderungan untuk menaikka dosis
- timbul beberapa ketergantungan psikhis
- Merugikan pada individu sendiri
3. Adiksi
suatu ketergantungan dan ketagihan psikologik dan fisik terhadap obat-obat tertentu, Mis: Morfin, dengan ciri-ciri:
- ada dorongan untuk selalu menggunakan suatu obat
- ada kecenderungan menaikan dosis
- ada ketergantungan psikhis dan ketergantungan fisik
- Merugikan individu dan masyarakat
Efek Penggunaan Obat Campuran
1.Adisi
campuran obat yang sejalan dan menghasilkan efek yang merupakan jumlah dari masing-masing obat
2. Sinergis
campuran obat yang saling sejalan dan saling melengkapi
3. Potensiasi
campuran obat yang saling menguntungkan satu sama lain
4. Antagonis
campuran obat yang saling berlawanan dan menghasilkan efek yang tidak diinginkan atau tidak ada efek terapinya
5. Kompetisi
campuran obat yang saling bersaing untuk menghasilkan efek terapi lebih dahulu
Spesifitas dan Selektivita
Suatu obat dikatakan spesifik bila kerjanya terbatas satu jenis reseptor
Dikatakan selektif bila menghasilkan satu efek pada dosis rendah dan efek lain baru muncul pada dosis yang lebih besar
Obat yang spesifik belum tentu selektif, tetapi obat yang tidak spesifik dengan sendirinya selektif
Dosis Obat
Dosis obat yang harus diberikan pada pasien untuk menghasilkan efek yang diharapkan tergantung dari banyak faktor antara lain:
1. Usia
2. Bobot badan
3. Kelamin
4. Besarnya permukaan badan
5. Beratnya penyakit
6. Keadaan pasien
0 Response to Jurnal Farmakologi Komunikasi Dalam Keperawatan
Post a Comment